OBYEK WISATA GUNUNG KEMUKUS
Selasa, 03 Juni 2014
Jumat, 30 Mei 2014
WANA WISATA DAN WADUK KEDUNG OMBO
WANA WISATA DAN WADUK KEDUNGOMBO

Waduk
Kedungombo berlokasi pada pertemuan tiga kabupaten yakni Boyolali,
Sragen dan Grobogan. Luas areal seluruhnya 5.898 hektar dengan genangan
46 km2 dan volume air sebesar 731.000.000 m2.
Panjang bendungan utamanya 1,6 Km, lebar bagian atas dan bawah
masing-masing 12 meter dan 362 meter. Tinggi elevasi puncak 96 meter dan
tinggi di atas pondasi terendah 66 meter. Badan bendung terdiri dari
urugan batu, elay dan tanah khusus dari Juangi yang kedap air,
seluruhnya berjumlah 7.000.000 m2. Awalnya dibangun khusus
untuk mengendalikan banjir daerah serang bawah, yaitu Welahan Bum,
Kedung Semat, Lembah Juana dan Glapan Sedadi yang disebabkan oleh air
sungai Serang. Akan tetapi dengan berfungsinya Kedungombo, sekarang
airnya dapat mengiri sawah sekitar 60.000 hektar. Di samping itu, air
waduk digunakan juga sebagai pembangkit listrik (PLTA) dan sumber air
minum yang dikelola PDAM.
Sebagai
obyek wisata, kawasan ini menawarkan sejuta pesona keindahan alamnya
yang khas. Ketika masih dalam perjalanan dari Boyolali menuju obyek
lain, kita sudah terhanyut dalam kesejukan alami, kesejukan alam
lingkungan tempo dulu yang didambakan segenap manusia masa kini terutama
masyarakat kota yang selalu dihantui ketegangan, kejenuhan, kebosanan
oleh beban dan rutinitas kehidupan kota. Kendatipun jarak yang ditempuh
dari Boyolali ke Kedungombo cukup jauh yakni sekitar 40 Km, namun
suasana terik matahari yang menyengat tidak terasa. Sepanjang
perjalanan, di kanan kiri jalan ada hutan jati dan sedikit mahoni yang
selalu siap memberi keteduhan dan memancarkan oksigen (O2) segar.
Begitu
memasuki kawasan wisata utama, para wisatawan akan merasa seolah dibawa
kepada alam kehidupan lain. Dari pintu gerbang memandang ke timur
tampak hutan wisata dengan latar belakang air Waduk Kedung Ombo.
Perpaduan antara nuansa alami dengan panorama buatan hasil kreasi
manusia sangat menakjubkan. Di sinilah misteri kebesaran dan
kemahakuasaan Tuhan Sang Pecipta Alam Semesta sungguh terjelma dan
tampak nyata untuk mengisi “kehausan jiwa” para wisatawan. Suatu
pemandangan unik bagaikan langit dan bumi bertemu menyatu dalam satu
pesona yang tersalur-terwujud melalui akal budi manusia.
Wana
wisata Kedungombo yang merupakan primadona di kawasan ini begitu
menawan. Obyek yang terletak di Desa Ngeboran Kecamatan Kemusu ini
barangkali dibuka dengan harapan agar wisatawan yang datang untuk
menyaksikan dari dekat Waduk Kedungombo merasa aman, nayaman dan betah.
Pepohonan jati dan mahoni yang tertata rapi menawarkan suatu kenikmatan
tersendiri. Dan sebagai daya tarik bagi wisatawan, di dalam hutan wisata
tersebut dilengkapi dengan tempat duduk dan tempat peristirahatan,
tempat informasi, sarana bermain, pemancingan, gardu pemandangan atau
shelter, sarana air bersih, dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Tempat parkir
kendaraan bermotor roda dua dan roda empat persis di tepi waduk atau di
depan tempat peristirahatan. Satu hal yang menarik juga bahwa di dalam
lokasi wana wisata disediakan tempat khusus untuk wisatawan yang hendak
berkemah.
PEMANDIAN UMBUL PENGGING
Dari
Boyolali menyusuri jalan raja Semarang – Surakarta ke arah timur
sampailah kita di Bayudono. Tepatnya pada satu jalan beraspal ke kanan
(selatan), bergerak mengikuti arah menuju ke Klaten kita akan tiba di
desa Dukuh. Di desa inilah pada bagian kiri jalan terlihat sebuah
pemandian yang unik, pemandian Umbul Pengging namanya. Jika diukur dari
Boyolali, jaraknya 12 Km. Atau ditempuh dari Kota Surakarta berjarak 17
Km ke barat. Konon, menurut ceritera tempat ini pada jaman dahulu
digunakan sebagai pemandian bagi raja-raja dari Kasunana Surakarta
beserta keluarganya. Maka di tempat ini pula dilengkapi tempat
peristirahatan yang dibangun persis di tepi kolam pemandian. Akan
tetapi, pada masa sekarang seiring dengan bergulirnya waktu serta
dikuranginya peranan keraton terhadap aspek kehidupan masyarakat
umumnya, maka tempat ini tidak lagi menjadi milik raja melainkan untuk
umum. Hak pengelolaannya juga beralih ketangan Pemerintah Kabupaten
Boyolali.
Kini
di hari-hari libur pemandian ini banyak dikunjungi para wisatawan. Pada
hari Padusan menjelang bulan puasa yaitu pada tanggal 29 dan 30 Ruwah,
wisatawan yang berkunjung ke sini mencapai puluhan ribu. Padusan berasal
dari kata “adus” yang berarti mandi adalah sebuah upacara tradisional
penduduk daerah Surakarta dan sekitarnya. Upacara ini sudah menjadi
acara rutin setiap tahun karena diyakini bahwa mandi di tempat tersebut
orang menjadi suci dirinya sehingga ketika melakukan ibadah puasa tidak
ada lagi hambatan dan beban. Suasana puasa akan terasa aman, tentram dan
bersih dari segala perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan
suara hati dan kepercayaannya.
Dengan
demikian upacara ini cukup banyak mendapat perhatian yang besar tidak
hanya dari Boyolali melainkan juga dari Kartasura, Surakarta,
Karanganyar, Klaten, Sukoharjo, Yogyakarta dan daerah-daerah lain. Obyek
wisata Pemandian Umbul Pengging memberi nuansa tersendiri bagi setiap
orang yang berkunjung. Ketika menginjakkan kaki di pintu gerbang,
suasana kesejukan alami segera terasa. Ada sebuah pohon besar persisi
berada di depan pintu masuk. Pohon dengan daun-daunnya yang lebat itu
menaungi sepenuh halaman masuk ke obyek yang sesungguhnya. dan begitu
memasuki areal satu ini perasaan senang, gembira dan haru bercampur
menyatu menjadi suatu kenikmatan yang tiada duanya. Hal ini didukung
oleh tersedianya berbagai fasilitas yang ada didalamnya. Wisatawan yang
ingin mandi atau berenang telah disediakan tiga buah kolam pemandian
dengan air yang alami. Wisatawan yang ingin memancing bisa memanfaatkan
dua buah kolam ikan sebagai arena pemancingan umum. Di sini pula ada
lapangan tenis yang memiliki dua baan; tempat rekreasi untuk bermain
anak-anak; tempat parkir kendaraan bermotor roda dua dan empat; tempat
penitipan sepeda dan beberapa buah warung makan yang menyediakan masakan
khas setempat seperti pecel lele dan welut goreng, serta panggung
kesenian terbuka. Tiga kolam pemandian yang berada di dalam areal wisata
ini adalah:
-
Umbul Penganten, menurut sejarah, pada jaman dahulu di pemandian ini terdapat dua buah umbul (sumber air alami). Suatu saat terjadi kunjungan Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X. Begitu melihat ada dua umbul yang letaknya sangat berdekatan, beliau bersabda sehingga kedua umbul tadi terpatri menyatu. Bersatulah kedua umbul ini kemudian diibaratkan sepasang mempelai yang hidup rukun menjadi satu. Akhirnya umbul tersebut diberi nama Umbul Penganten.
-
Umbul Ngabean, kolam ini pada jaman Sri Paduka Susuhunan Pakubuwana ke X khusus hanya dipergunakan untuk mandi keluarga. Raja Kasunanan Surakarta. Nama Ngabean sebetulnya berasal dari kata Ngabehi, pangkat penjaga kolam waktu lalu. Umbul Ngabean juga berpagar tembok berbentuk bulat dengan garis tengah sepanjang 26 meter, kedalaman 1,50 meter. Dilengkapi dengan aula, panggung, ruang ganti pakaian, toilet dan kamar mandi.
-
Umbul Duda, Kisah munculnya kata “duda” berawal dari ditemukannya seekor kura-kura (bulus dalam bahasa Jawa) berjenis kelamin jantan. Oleh karena tidak ada kura-kura yang lain baik sesama jantan maupun betina maka tempat di mana ia hidup diberi nama Umbul Duda.
PEMANDIAN UMBUL TLATAR

Museum Prasejarah Sangiran Sragen

Sangiran,
daerah pedalaman di kaki bukit Gunung Lawu, sekitar tujuh belas
kilometer dari kota Solo, Jawa Tengah, dikenal sebagai kawasan yang
menyimpan sisa-sisa kehidupan masa lampau. Setidaknya telah ditemukan
sekitar empat belas ribu fosil, atau sisa-sisa kehidupan masa silam
yang telah membatu.
Di kawasan Sangiran ini pula, fosil homo erectus,
manusia purba yang sudah maju ditemukan. Dengan luas wilayah hampir
enam puluh kilometer persegi, Sangiran menyimpan lima puluh persen
jumlah fosil yang ditemukan di dunia, serta enam puluh lima persen
fosil yang ada di Indonesia. Tahun 1977, Sangiran resmi ditetapkan
sebagai daerah cagar budaya, diperkuat dengan ketetapan Komite World
Heritage, UNESCO, Sangiran sebagai salah satu warisan dunia. Bisa
dibayangkan, bagaimana Sangiran menjadi suatu kawasan istimewa bagi
Indonesia.
Bangunan
museum Sangiran yang terletak di lokasi situs purbakala ini tergolong
biasa saja. Padahal di bangunan sederhana inilah tersimpan sebagian
rahasia kehidupan masa prasejarah yang penuh misteri. Ruang pamernya
menghadirkan berbagai fosil yang ditemukan di Sangiran, baik fosil
hewan maupun manusia. Dari koleksi fosil yang ada, bisa diketahui
serta dipelajari pola hidup hewan dan manusia, berjuta-juta tahun
lalu.
Fauna
yang pernah ditemukan antara lain, buaya dan kura-kura raksasa, dan
fosil gading gajah sepanjang 4 meter, serta rahang badak, rhinocerus sondaicus. Hewan-hewan ini diperkirakan hidup di Sangiran sekitar 500 ribu hingga 700 ribu tahun lalu.
Selain
hewan bertulang belakang, di museum Sangiran juga dapat dijumpai
fosil-fosil manusia purba. Bahkan, koleksi Sangiran merupakan koleksi
terlengkap yang dapat menjelaskan tentang tahap perkembangan
manusia, mulai dari yang belum mengenal peradaban, hingga yang sudah
maju. Hal ini bisa diketahui dari bentuk fisik, seperti volume otak,
cara berjalan, hingga penemuan alat-alat batu yang membuktikan pola
pikir manusia saat itu, sudah maju. Seperti ciri-ciri homo erectus,
dengan tinggi badan 165 hingga 180 senti meter, postur tegap, serta
cara berjalan tegak, merupakan contoh manusia purba sempurna, tidak
berbeda dengan manusia sekarang. Dengan koleksi yang tergolong
lengkap, bukan satu keanehan, jika Sangiran menjadi salah satu tempat
penelitian utama bagi arkeolog dalam dan luar negeri. Namun sebagai
tempat wisata, Sangiran menjadi pilihan terakhir bagi wisatawan, jika
hanya menawarkan temuan fosil.
Berbagai
koleksi di museum ini, tidak bisa dilepaskan dari kerja keras para
ahli purbakala yang ada. Perlu kehati-hatian dalam menjaga serta merawat
keutuhan sebuah fosil, karena ciri khas fosil yang mudah hancur
akibat lapuk. Namun pada kenyataannya, masih banyak pegawai museum
yang mendapatkan gaji di bawah standar, yakni sebesar 140 ribu rupiah
perbulan. Bahkan, selama 12 tahun bekerja, beberapa karyawan museum
masih belum diangkat sebagai pegawai resmi museum.
Museum
Sangiran dalam perkembangannya sendiri, juga melalui masa-masa sulit.
Bahkan sebelum resmi menjadi museum seperti sekarang ini, benda
purbakala di Sangiran berpindah-pindah ke beberapa tempat. Seperti di
Balai Desa Krikilan, yang dikenal sebagai museum Plestosin
tahun 1975 hingga 1987. Sangiran baru diresmikan sebagai museum
prasejarah nasional di tanah air tahun 1988, seiring bertambahnya
penemuan fosil di kawasan tersebut.
Proses
penemuan fosil di Sangiran sendiri tergolong unik. Dari 14 ribu fosil
yang ada, 80 persen merupakan hasil penemuan masyarakat sekitar,
sementara hanya 20 persen murni hasil penelitian. Bertani sebagai
mata pencaharian mayoritas masyarakat setempat, semakin mendukung
temuan fosil oleh warga sekitar, mengingat temuan tersebut lebih
banyak ditemukan saat mereka bercocok tanam.
Setelah
sekian lama, masyarakat Sangiran sendiri, kini sudah memiliki keahlian
untuk membedakan apakah temuan mereka tersebut fosil atau hanya batu
biasa. Keahlian ini mereka peroleh dari keterlibatan mereka saat para
peneliti seperti von koenigswald tahun 1934, melakukan pencarian
fosil di kawasan tersebut.
Rata-rata
masyarakat setempat menemukan fosil manusia serta binatang purba,
karena ketidak sengajaan. Misalnya saja fosil-fosil yang terletak di
antara situs Sangiran yang berupa tebing-tebing. Akibat terkikis air,
fosil tersebut akan nampak ke permukaan. Bahkan tidak jarang, saat
musim tanam tiba, masyarakat justru disibukkan oleh penemuan fosil
baru. Hasil temuan mereka selanjutnya, akan diserahkan kepada museum
Sangiran. Sebagai imbalan, pihak museum akan memberikan uang imbalan
yang disesuaikan dengan besar kecilnya fosil. Untuk fosil gading gajah
sepanjang 4 meter misalnya, museum mengganti uang sebesar 300 ribu
rupiah. Bahkan untuk fosil tulang kepala manusia, museum memberikan
imbalan hingga 3 juta rupiah, mengingat kelangkaan fosil tersebut.
Di
sisi lain, benda-benda purbakala di Sangiran juga kerap diperjual
belikan secara gelap, dengan harga yang cukup menggiurkan. Kabarnya,
seorang arkeolog Jepang pernah membeli sebuah fosil tengkorak manusia
dari Sangiran, seharga 3 milyar rupiah dari pasar gelap. Pengawasan
terhadap tindak pencurian ini diakui cukup sulit, karena hanya
mengandalkan petugas museum. Saat ini laporan temuan dari masyarakat
dirasakan semakin menurun, sehingga ada kekhawatiran hal itu akibat
warga setempat menjual temuan-temuan mereka secara diam-diam, ditampung
pihak-pihak yg tidak berhak.
Ada
rencana untuk menjadikan Sangiran menjadi lokasi wana wisata yang lebih
menarik minat wisatawan. Diantaranya pembangunan menara pandang,
serta membenahi ruang museum yang sudah tidak mampu menampung fosil
yang ada saat ini.
Sangiran,
selintas memang seolah tak berbeda dengan daerah pertanian lainnya.
Namun disinilah terkubur berbagai jawaban tentang rahasia kehidupan masa
prasejarah, yang bisa dijadikan tuntunan umat manusia dalam
menghadapi tantangan di masa depan. Pemikiran untuk menjadikan
Sangiran sebagai salah satu obyek wisata perlu dipertimbangkan
matang, agar warisan dunia ini tetap terjaga keutuhannya.(Idh)
Label:
Museum
Rabu, 09 April 2014
nDayu Park Sragen
NDAYU TAMAN ASRI ( NDAYU PARK ) | Tempat Rekreasi dan Edukasi Keluarga
Di
Kabupaten Sragen telah berdiri sebuah tempat wisata bernuansa pedesaan
yang sangat lengkap dan sarat dengan nilai pendidikan dan hiburan. Dayu
Alam Asri begitulah objek wisata ini dinamakan. Sesuai dengan namanya,
tempat wisata ini sangat dekat dengan nuansa alam nan asri. Terletak di
Desa Dayu, Kecamatan Sragen sekitar 20 KM dari Kota Solo; Dayu Alam Asri
menyimpan sejuta potensi yang siap dinikmati oleh para wisatawan dari
berbagai usia. Selain karena keindahan alam pedesaan yang mempesona
dengan deretan pohon jati yang menaungi areal seluas hampir 5 Ha,
berbagai fasilitas pendukung telah disediakan demi kenyamanan para
wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Antara lain : mini zoo , wahana bermain dan ketangkasan, agrowisata, resort, pendopo pertemuan, gazebo, kolam renang lengkap dengan arena luncuran, resto, dan sebagainya.
Sebuah kebun binatang mini ( mini zoo ) menjadi salah satu spot menarik dari objek wisata ini. Koleksi binatang yang hidup dan terpelihara dengan baik di mini zoo ini antara lain rusa, kanguru, landak, ular, burung merak, elang, berbagai jenis ikan langka seperti ikan lele afrika, ikan arapaima, dan alligator fish. Selain sebagai kebun binatang mini, tempat ini juga berfungsi sebagai tempat penangkaran beberapa jenis binatang di atas. Objek wisata ini memiliki konsep sebagai daerah tujuan wisata keluarga, sehingga semua orang dari berbagai usia dapat menikmati kenyaman an dan hiburan yang ditawarkan oleh tempat ini. Fasilitas-fasilitasnya pun tersedia lengkap baik bagi anak-anak, remaja, maupun orang tua. Masuk lebih jauh ke arena wisata ini, para wisatawan akan disuguhi sebuah taman lalu lintas di mana anak-anak bisa bermain dan belajar tentang disiplin berlalu lintas dengan cara yang tentu saja mengasyikan dan mudah diterima oleh mereka. Selain itu, mereka juga bisa bermain air sepuasnya di kolam renang yang lengkap dengan luncuran yang penuh warna.
Selain
itu bagi para wisatawan yang menyenangi tantangan serta kegiatan yang
cukup ekstrim dan menantang adrenalin, sebuah wahana flying fox yang
terbentang di atas sungai selebar 50 M siap untuk dijajal. Atau jika
Anda tidak begitu suka dengan ketinggian namun tetap menginginkan
tantangan, cobalah untuk ber- canoeing menyusuri sungai Dayu. Ini
tentu akan menjadi pengalaman yang sangat mendebarkan. Aktivitas air
yang lain adalah memancing. Anda bisa memuaskan kegemaran Anda dalam hal
memancing di sungai Dayu. Sejumlah perahu disediakan bagi Anda yang
dapat di manfaatkan saat memancing atau sekedar untuk menikmati panorama
alam dari atas permukaan air.
Untuk
menambah citra tempat wisata ini sebagai objek wisata alam dan wisata
agro, areal pertanian organik terhampar luas di sini. Berbagai jenis
tanaman sayur dan buah tumbuh dengan sangat subur tanpa terkontaminasi
dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya karena semua tanaman ini
menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan sehingga
sangat sehat untuk dikonsumsi. Tanaman-tanaman tersebut antara lain :
buah naga, pepaya jeruk, pisang, kacang panjang, cabai, tomat, pare,
terung, singkong, ubi jalar, ceme, sawi hijau, mangga, tebu, padi, dan
masih banyak lagi. Selain itu, di objek wisata ini juga bisa dijumpai
tanaman Rosella yang daunnya setelah diolah bisa dijadikan minuman
sejenis teh. Sebuah green house (rumah kaca) yang menaungi
berbagai jenis tanaman hias yang sedap dipandang dan berbagai jenis
tanaman obat juga telah didirikan di lokasi wisata ini.
sumber : sragenHolic
sumber : sragenHolic
Bayanan Sragen

Bayanan Sragen
Pemandian Air Panas Bayanan adalah salah satu tempat tujuan wisata minat khusus yang dipunyai oleh Kabupaten Sragen, dalam hal ini yaitu buat wisata kesehatan ( health tourism ) yang dipadukan sama daya tarik wisata alam ataupun ekowisata.
Mengikuti kisah yang berkembang dalam masyarakat, air panas Bayanan dianggap mempunyai banyak khasiat untuk menyembuhkan beraneka macam penyakit, misalnya : rematik, gatal-gatal, serta penyakit lainnya. Maka oleh orang terdahulu sumber air panas tersebut diberi nama
Hyang Tirto Nirmolo.
Rupanya kebenarannya terbukti maka banyak pengunjung berdatangan buat membuktikan khasiatnya. Selain dapat menyembuhkan beraneka macam penyakit yang ada di atas, air panas itu dipercaya juga dapat menurunkan kadar kolesterol pada darah, mengembalikan kebugaran tubuh, menambah vitalitas tubuh, memelihara kesegaran sendi–sendi serta otot, melenyapkan capek-capek, serta membuat awet muda.
Kecuali jadi wisata kesehatan gara-gara khasiat yang dipunyai sama air panas tersebut dalam menyembuhkan beraneka macam penyakit, Pemandian Air Panas Bayanan pun mempunyai daya tarik wisata alam (ekowisata). Suasana alam pedesaan yang masih alami bisa jadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan yang berasal dari kota. Para wisatawan dapat melangsungkan kegiatan menjelajah ( tracking ) ataupun berkemah (camping ) pada hutan karet yang terletak tidak jauh dari lokasi pemandian itu dan di wilayah bukit yang mengelilingi PAP Bayanan.
Pada saat-saat spesial, contohnya menjelang Bulan Puasa serta Lebaran, pada objek wisata tersebut kerap dilaksanakan kegiatan seni budaya, contohnya pentas dangdut ataupun campursari.
Pemandian Air Panas Bayanan tersebut terletak tepat pada sebelah tenggara ibukota Kabupaten Sragen yakni pada Dusun Bayanan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Menurut letak geografis, Pemandian Air Panas Bayanan terdapat di sekitar 17 km pada sebelah tenggara ibukota Kabupaten Sragen. Jarak itu dapat dicapai dengan memakai kendaraan pribadi ataupun dengan angkutan umum
Sarana serta prasarana pendukung pariwisata yang tersuguh untuk Pemandian Air Panas Bayanan lumayan memadai. Fasilitas-fasilitas umum yang tersuguh pada objek wisata tersebut antara lain WC umum, kamar mandi air panas, ruang ganti pakaian, jalan setapak, warung makan, tempat penginapan, toko kelontong, tempat parkir, taman bermain anak, kolam renang, hutan wisata, ruang informasi, serta mushola.
Kondisi prasarana jalan menuju ke ODTW Pemandian Air Panas Bayanan lumayan baik dalam bentuk jalan aspal selebar ± 4 m . Lokasi objek wisata tersebut bisa dicapai melewati enam jalur yang berbeda.
- Banaran => Gondang => Sambi => Bayanan
- Sragen => Ngarum => Sambirejo => Sambi => Bayanan
- Masaran => Jambangan => Batu Jamus => Kerjo => Sambirejo => Sambi => Bayanan
- Karanganyar => Mojogedang => Batu Jamus => Kerjo => Sambirejo => Sambi => Bayanan
- Karangpandan => Ngargoyoso => Jenawi => Sambirejo => Sambi => Bayanan
- Magetan – Jogorogo => Ngrambe => Sine => Winong => Sambi => Bayanan