Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Selasa, 03 Juni 2014

                      OBYEK WISATA GUNUNG KEMUKUS


   SRAGEN - Objek Wisata Ziarah Makam Pangeran Samudro yang lebih dikenal dengan sebutan GUNUNG KEMUKUS selalu menarik untuk diulas. Hal yang menjadikan objek wisata ini menarik adalah pandangan pro dan kontra tentang Makam Pangeran Samudro itu sendiri dan kisah yang beredar di tengah masyarakat. Ada 2 (dua) paradigma yang berkembang di tengah-tengah masyarakat tentang Makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus. Pertama, adanya keyakinan di sebagian masyarakat bahwa apabila ingin ngalap berkah atau permohonannya terkabul, maka orang yang datang ke Makam Pangeran Samudro harus melakukan ritual berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan suami atau istrinya selama 7 (tujuh) kali dalam satu lapan (1 lapan = 35 hari).
       Paradigma negatif ini perlu diluruskan agar para peziarah tidak terjebak dalam paradigma dan kepercayaan yang keliru. Setiap peziarah atau pengunjung yang menginginkan permohonan atau keinginannya terkabul haruslah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan berdoa dan berusaha di jalan yang benar. Singkatnya, paradigma negatif yang berkembang di tengah masyarakat tersebut tidak benar adanya. Kedua, berziarah ke Makam Pangeran Samudro atau Gunung Kemukus adalah suatu kegiatan ritual yang mengandung nilai keutamaan dengan mengingat jasa dan keluhuran jiwa dari figur yang diziarahi.
       Dengan berziarah di tempat tersebut, manusia diharapkan untuk selalu ingat akan kematian sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu berbuat kebaikan sesuai dengan keluhuran jiwa dan teladan dari figur yang diziarahi. Secara administratif, Obyek Wisata Gunung Kemukus terletak di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Secara geografis, Objek Wisata Gunung Kemukus terletak sekitar 29 km di sebelah utara kota Solo. Dari Sragen sekitar 34 km ke arah utara. Jarak tersebut bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Dari kota Sragen dapat ditempuh selama 45 menit dengan kendaraan bermotor melewati jalan Sragen - Pungkruk/Sidoharjo - Tanon - Sumberlawang/Gemolong - Gunung Kemukus.Dari kota Solo dapat menggunakan kendaraan bermotor selama 30 menit, melewati jalan Solo Purwodadi turun di Barong kemudian menuju Gunung Kemukus dengan perahu menyeberangi Waduk Kedung Ombo.
       Kawasan Gunung Kemukus merupakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Dengan dibangunnya Waduk Kedung Ombo menjadikan Makam Pangeran Samudro berada di atas bukit yang menjorok ke tengah Waduk Kedung Ombo. Oleh karena itu, Obyek Wisata Gunung Kemukus juga merupakan salah satu objek wisata tirta di Kabupaten Sragen. Komplek Makam Pangeran Samudro adalah Obyek Wisata Budaya di Kabupaten Sragen.
       Kawasan tersebut terdiri dari : .1. Bangunan utama berbentuk rumah joglo dengan dinding batu bata dan bagian atas berdinding kayu papan. Didalamnya terdapat tiga makam. Satu buah makam besar yang ditutupi kain selambu adalah makam Pangeran Samudro dan R.Ay. Ontrowulan. Sedangkan dua makam lainnya adalah makam dua abdi setia Pangeran Samudro yang selalu mengikuti beliau kemanapun pergi. 2. Di sebelah kanan makam terdapat sendang (sumber air) yang bernama Sendang Ontrowulan Sendang tersebut merupakan tempat bersuci R.Ay. Ontrowulan ketika akan menemui putranya yang sudah meninggal. Air sendang tersebut dikenal tidak pernah habis, bahkan di musim kemarau sekalipun.(Pariwisata)





Jumat, 30 Mei 2014

WANA WISATA DAN WADUK KEDUNG OMBO

WANA WISATA DAN WADUK KEDUNGOMBO
Mendengar kata Kedungombo tentunya pikiran orang langsung terarah kepada sebuah waduk yang berukuran raksasa. Pasalnya, waduk ini sempat menggegerkan bahkan mewarnai pentas politik nasional di akhir tahun delapan puluhan dan awal tahun sembilan puluhan. Bukan itu saja, pihak-pihak asing terutama negara-negara maju mengungkit-ungkit masalah ini hampir di setiap forum internasional. Peristiwa penggusuran 37 desa yang terkena pembangunan waduk di klaim telah melanggar hak asasi manusia. Mereka hanya melihat sisi negatifnya padahal sesungguhnya ada dampak positif yang lebih besar. Kesejahteraan masyarakat sudah pasti meningkat. Tidak hanya 37 desa melainkan ratusan desa dapat memanfaatkan sumber daya waduk ini untuk kebutuhan mereka di berbagai sektor.
Waduk Kedungombo berlokasi pada pertemuan tiga kabupaten yakni Boyolali, Sragen dan Grobogan. Luas areal seluruhnya 5.898 hektar dengan genangan 46 km2 dan volume air sebesar 731.000.000 m2. Panjang bendungan utamanya 1,6 Km, lebar bagian atas dan bawah masing-masing 12 meter dan 362 meter. Tinggi elevasi puncak 96 meter dan tinggi di atas pondasi terendah 66 meter. Badan bendung terdiri dari urugan batu, elay dan tanah khusus dari Juangi yang kedap air, seluruhnya berjumlah 7.000.000 m2. Awalnya dibangun khusus untuk mengendalikan banjir daerah serang bawah, yaitu Welahan Bum, Kedung Semat, Lembah Juana dan Glapan Sedadi yang disebabkan oleh air sungai Serang. Akan tetapi dengan berfungsinya Kedungombo, sekarang airnya dapat mengiri sawah sekitar 60.000 hektar. Di samping itu, air waduk digunakan juga sebagai pembangkit listrik (PLTA) dan sumber air minum yang dikelola PDAM.
Sebagai obyek wisata, kawasan ini menawarkan sejuta pesona keindahan alamnya yang khas. Ketika masih dalam perjalanan dari Boyolali menuju obyek lain, kita sudah terhanyut dalam kesejukan alami, kesejukan alam lingkungan tempo dulu yang didambakan segenap manusia masa kini terutama masyarakat kota yang selalu dihantui ketegangan, kejenuhan, kebosanan oleh beban dan rutinitas kehidupan kota. Kendatipun jarak yang ditempuh dari Boyolali ke Kedungombo cukup jauh yakni sekitar 40 Km, namun suasana terik matahari yang menyengat tidak terasa. Sepanjang perjalanan, di kanan kiri jalan ada hutan jati dan sedikit mahoni yang selalu siap memberi keteduhan dan memancarkan oksigen (O2) segar.
Begitu memasuki kawasan wisata utama, para wisatawan akan merasa seolah dibawa kepada alam kehidupan lain. Dari pintu gerbang memandang ke timur tampak hutan wisata dengan latar belakang air Waduk Kedung Ombo. Perpaduan antara nuansa alami dengan panorama buatan hasil kreasi manusia sangat menakjubkan. Di sinilah misteri kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan Sang Pecipta Alam Semesta sungguh terjelma dan tampak nyata untuk mengisi “kehausan jiwa” para wisatawan. Suatu pemandangan unik bagaikan langit dan bumi bertemu menyatu dalam satu pesona yang tersalur-terwujud melalui akal budi manusia.
Wana wisata Kedungombo yang merupakan primadona di kawasan ini begitu menawan. Obyek yang terletak di Desa Ngeboran Kecamatan Kemusu ini barangkali dibuka dengan harapan agar wisatawan yang datang untuk menyaksikan dari dekat Waduk Kedungombo merasa aman, nayaman dan betah. Pepohonan jati dan mahoni yang tertata rapi menawarkan suatu kenikmatan tersendiri. Dan sebagai daya tarik bagi wisatawan, di dalam hutan wisata tersebut dilengkapi dengan tempat duduk dan tempat peristirahatan, tempat informasi, sarana bermain, pemancingan, gardu pemandangan atau shelter, sarana air bersih, dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Tempat parkir kendaraan bermotor roda dua dan roda empat persis di tepi waduk atau di depan tempat peristirahatan. Satu hal yang menarik juga bahwa di dalam lokasi wana wisata disediakan tempat khusus untuk wisatawan yang hendak berkemah.
PEMANDIAN UMBUL PENGGING
Dari Boyolali menyusuri jalan raja Semarang – Surakarta ke arah timur sampailah kita di Bayudono. Tepatnya pada satu jalan beraspal ke kanan (selatan), bergerak mengikuti arah menuju ke Klaten kita akan tiba di desa Dukuh. Di desa inilah pada bagian kiri jalan terlihat sebuah pemandian yang unik, pemandian Umbul Pengging namanya. Jika diukur dari Boyolali, jaraknya 12 Km. Atau ditempuh dari Kota Surakarta berjarak 17 Km ke barat. Konon, menurut ceritera tempat ini pada jaman dahulu digunakan sebagai pemandian bagi raja-raja dari Kasunana Surakarta beserta keluarganya. Maka di tempat ini pula dilengkapi tempat peristirahatan yang dibangun persis di tepi kolam pemandian. Akan tetapi, pada masa sekarang seiring dengan bergulirnya waktu serta dikuranginya peranan keraton terhadap aspek kehidupan masyarakat umumnya, maka tempat ini tidak lagi menjadi milik raja melainkan untuk umum. Hak pengelolaannya juga beralih ketangan Pemerintah Kabupaten Boyolali.
Kini di hari-hari libur pemandian ini banyak dikunjungi para wisatawan. Pada hari Padusan menjelang bulan puasa yaitu pada tanggal 29 dan 30 Ruwah, wisatawan yang berkunjung ke sini mencapai puluhan ribu. Padusan berasal dari kata “adus” yang berarti mandi adalah sebuah upacara tradisional penduduk daerah Surakarta dan sekitarnya. Upacara ini sudah menjadi acara rutin setiap tahun karena diyakini bahwa mandi di tempat tersebut orang menjadi suci dirinya sehingga ketika melakukan ibadah puasa tidak ada lagi hambatan dan beban. Suasana puasa akan terasa aman, tentram dan bersih dari segala perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan suara hati dan kepercayaannya.
Dengan demikian upacara ini cukup banyak mendapat perhatian yang besar tidak hanya dari Boyolali melainkan juga dari Kartasura, Surakarta, Karanganyar, Klaten, Sukoharjo, Yogyakarta dan daerah-daerah lain. Obyek wisata Pemandian Umbul Pengging memberi nuansa tersendiri bagi setiap orang yang berkunjung. Ketika menginjakkan kaki di pintu gerbang, suasana kesejukan alami segera terasa. Ada sebuah pohon besar persisi berada di depan pintu masuk. Pohon dengan daun-daunnya yang lebat itu menaungi sepenuh halaman masuk ke obyek yang sesungguhnya. dan begitu memasuki areal satu ini perasaan senang, gembira dan haru bercampur menyatu menjadi suatu kenikmatan yang tiada duanya. Hal ini didukung oleh tersedianya berbagai fasilitas yang ada didalamnya. Wisatawan yang ingin mandi atau berenang telah disediakan tiga buah kolam pemandian dengan air yang alami. Wisatawan yang ingin memancing bisa memanfaatkan dua buah kolam ikan sebagai arena pemancingan umum. Di sini pula ada lapangan tenis yang memiliki dua baan; tempat rekreasi untuk bermain anak-anak; tempat parkir kendaraan bermotor roda dua dan empat; tempat penitipan sepeda dan beberapa buah warung makan yang menyediakan masakan khas setempat seperti pecel lele dan welut goreng, serta panggung kesenian terbuka. Tiga kolam pemandian yang berada di dalam areal wisata ini adalah:
  • Umbul Penganten, menurut sejarah, pada jaman dahulu di pemandian ini terdapat dua buah umbul (sumber air alami). Suatu saat terjadi kunjungan Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X. Begitu melihat ada dua umbul yang letaknya sangat berdekatan, beliau bersabda sehingga kedua umbul tadi terpatri menyatu. Bersatulah kedua umbul ini kemudian diibaratkan sepasang mempelai yang hidup rukun menjadi satu. Akhirnya umbul tersebut diberi nama Umbul Penganten.
  • Umbul Ngabean, kolam ini pada jaman Sri Paduka Susuhunan Pakubuwana ke X khusus hanya dipergunakan untuk mandi keluarga. Raja Kasunanan Surakarta. Nama Ngabean sebetulnya berasal dari kata Ngabehi, pangkat penjaga kolam waktu lalu. Umbul Ngabean juga berpagar tembok berbentuk bulat dengan garis tengah sepanjang 26 meter, kedalaman 1,50 meter. Dilengkapi dengan aula, panggung, ruang ganti pakaian, toilet dan kamar mandi.
  • Umbul Duda, Kisah munculnya kata “duda” berawal dari ditemukannya seekor kura-kura (bulus dalam bahasa Jawa) berjenis kelamin jantan. Oleh karena tidak ada kura-kura yang lain baik sesama jantan maupun betina maka tempat di mana ia hidup diberi nama Umbul Duda.
PEMANDIAN UMBUL TLATAR
Pemandian Umbul Tlatar merupakan pemandian alam yang terletak di desa kebondimo Kecamatan Boyolali Kota atau 5 Km sebelah utara Kota Boyolali. Pemandian ini pada jaman dahulu pernah dikunjungi Sri Paduka Susuhunan Pakubuwono X dari Surakarta. Sebagai tandanya, raja Surakarta itu menanam sebuah asam di dalam kolam pemandian yang hingga kini masih ada. Berkunjung ke kawasan obyek wisata ini terasa nikmat. Selain mandi, para wisatawan dapat memanfaatkan waktu senggangnya untuk mempelajari seluk belum pemeliharaan ikan. Dan bagi mereka yang ingin membeli ikan tempat ini telah menyediakan ikan bibit dan ikan konsumsi untuk dibawa pulang ke rumah sebagai oleh-oleh. Air yang mengisi dua buah kolam pemandian bersumberkan air alami. Begitu juga kebutuhan air untuk kolam ikan dan minuman ternak berasal dari sumber yangs ama dengan kolam pemandian. Karena debit airnya yang besar, sumber air ini dimanfaatkan oloeh PDAM Boyolali untuk kehidupan masyarakatnya. Terutama untuk kebutuhan air minum, memasak, mencuci dan berbagai kebutuhan lain. Menurut rencana, di obyek wisata ini akan dibangun lagi kolam renang, dan akan dilengkapi berbagai fasilitas penunjang lain sebagai daya tarik bagi wisatawan seperti lapangan tenis.

Museum Prasejarah Sangiran Sragen


Sangiran, daerah pedalaman di kaki bukit Gunung Lawu, sekitar tujuh belas kilometer dari kota Solo, Jawa Tengah, dikenal sebagai kawasan yang menyimpan sisa-sisa kehidupan masa lampau. Setidaknya telah ditemukan sekitar empat belas ribu fosil, atau sisa-sisa kehidupan masa silam yang telah membatu.
Di kawasan Sangiran ini pula, fosil homo erectus, manusia purba yang sudah maju ditemukan. Dengan luas wilayah hampir enam puluh kilometer persegi, Sangiran menyimpan lima puluh persen jumlah fosil yang ditemukan di dunia, serta enam puluh lima persen fosil yang ada di Indonesia. Tahun 1977, Sangiran resmi ditetapkan sebagai daerah cagar budaya, diperkuat dengan ketetapan Komite World Heritage, UNESCO, Sangiran sebagai salah satu warisan dunia. Bisa dibayangkan, bagaimana Sangiran menjadi suatu kawasan istimewa bagi Indonesia.
Bangunan museum Sangiran yang terletak di lokasi situs purbakala ini tergolong biasa saja. Padahal di bangunan sederhana inilah tersimpan sebagian rahasia kehidupan masa prasejarah yang penuh misteri. Ruang pamernya menghadirkan berbagai fosil yang ditemukan di Sangiran, baik fosil hewan maupun manusia. Dari koleksi fosil yang ada, bisa diketahui serta dipelajari pola hidup hewan dan manusia, berjuta-juta tahun lalu.
Fauna yang pernah ditemukan antara lain, buaya dan kura-kura raksasa, dan fosil gading gajah sepanjang 4 meter, serta rahang badak, rhinocerus sondaicus. Hewan-hewan ini diperkirakan hidup di Sangiran sekitar 500 ribu hingga 700 ribu tahun lalu.
Selain hewan bertulang belakang, di museum Sangiran juga dapat dijumpai fosil-fosil manusia purba. Bahkan, koleksi Sangiran merupakan koleksi terlengkap yang dapat menjelaskan tentang tahap perkembangan manusia, mulai dari yang belum mengenal peradaban, hingga yang sudah maju. Hal ini bisa diketahui dari bentuk fisik, seperti volume otak, cara berjalan, hingga penemuan alat-alat batu yang membuktikan pola pikir manusia saat itu, sudah maju. Seperti ciri-ciri homo erectus, dengan tinggi badan 165 hingga 180 senti meter, postur tegap, serta cara berjalan tegak, merupakan contoh manusia purba sempurna, tidak berbeda dengan manusia sekarang. Dengan koleksi yang tergolong lengkap, bukan satu keanehan, jika Sangiran menjadi salah satu tempat penelitian utama bagi arkeolog dalam dan luar negeri. Namun sebagai tempat wisata, Sangiran menjadi pilihan terakhir bagi wisatawan, jika hanya menawarkan temuan fosil.
Berbagai koleksi di museum ini, tidak bisa dilepaskan dari kerja keras para ahli purbakala yang ada. Perlu kehati-hatian dalam menjaga serta merawat keutuhan sebuah fosil, karena ciri khas fosil yang mudah hancur akibat lapuk. Namun pada kenyataannya, masih banyak pegawai museum yang mendapatkan gaji di bawah standar, yakni sebesar 140 ribu rupiah perbulan. Bahkan, selama 12 tahun bekerja, beberapa karyawan museum masih belum diangkat sebagai pegawai resmi museum.
Museum Sangiran dalam perkembangannya sendiri, juga melalui masa-masa sulit. Bahkan sebelum resmi menjadi museum seperti sekarang ini, benda purbakala di Sangiran berpindah-pindah ke beberapa tempat. Seperti di Balai Desa Krikilan, yang dikenal sebagai museum Plestosin tahun 1975 hingga 1987. Sangiran baru diresmikan sebagai museum prasejarah nasional di tanah air tahun 1988, seiring bertambahnya penemuan fosil di kawasan tersebut.
Proses penemuan fosil di Sangiran sendiri tergolong unik. Dari 14 ribu fosil yang ada, 80 persen merupakan hasil penemuan masyarakat sekitar, sementara hanya 20 persen murni hasil penelitian. Bertani sebagai mata pencaharian mayoritas masyarakat setempat, semakin mendukung temuan fosil oleh warga sekitar, mengingat temuan tersebut lebih banyak ditemukan saat mereka bercocok tanam.
Setelah sekian lama, masyarakat Sangiran sendiri, kini sudah memiliki keahlian untuk membedakan apakah temuan mereka tersebut fosil atau hanya batu biasa. Keahlian ini mereka peroleh dari keterlibatan mereka saat para peneliti seperti von koenigswald tahun 1934, melakukan pencarian fosil di kawasan tersebut.
Rata-rata masyarakat setempat menemukan fosil manusia serta binatang purba, karena ketidak sengajaan. Misalnya saja fosil-fosil yang terletak di antara situs Sangiran yang berupa tebing-tebing. Akibat terkikis air, fosil tersebut akan nampak ke permukaan. Bahkan tidak jarang, saat musim tanam tiba, masyarakat justru disibukkan oleh penemuan fosil baru. Hasil temuan mereka selanjutnya, akan diserahkan kepada museum Sangiran. Sebagai imbalan, pihak museum akan memberikan uang imbalan yang disesuaikan dengan besar kecilnya fosil. Untuk fosil gading gajah sepanjang 4 meter misalnya, museum mengganti uang sebesar 300 ribu rupiah. Bahkan untuk fosil tulang kepala manusia, museum memberikan imbalan hingga 3 juta rupiah, mengingat kelangkaan fosil tersebut.
Di sisi lain, benda-benda purbakala di Sangiran juga kerap diperjual belikan secara gelap, dengan harga yang cukup menggiurkan. Kabarnya, seorang arkeolog Jepang pernah membeli sebuah fosil tengkorak manusia dari Sangiran, seharga 3 milyar rupiah dari pasar gelap. Pengawasan terhadap tindak pencurian ini diakui cukup sulit, karena hanya mengandalkan petugas museum. Saat ini laporan temuan dari masyarakat dirasakan semakin menurun, sehingga ada kekhawatiran hal itu akibat warga setempat menjual temuan-temuan mereka secara diam-diam, ditampung pihak-pihak yg tidak berhak.
Ada rencana untuk menjadikan Sangiran menjadi lokasi wana wisata yang lebih menarik minat wisatawan. Diantaranya pembangunan menara pandang, serta membenahi ruang museum yang sudah tidak mampu menampung fosil yang ada saat ini.
Sangiran, selintas memang seolah tak berbeda dengan daerah pertanian lainnya. Namun disinilah terkubur berbagai jawaban tentang rahasia kehidupan masa prasejarah, yang bisa dijadikan tuntunan umat manusia dalam menghadapi tantangan di masa depan. Pemikiran untuk menjadikan Sangiran sebagai salah satu obyek wisata perlu dipertimbangkan matang, agar warisan dunia ini tetap terjaga keutuhannya.(Idh)

Rabu, 09 April 2014

nDayu Park Sragen

NDAYU TAMAN ASRI ( NDAYU PARK ) | Tempat Rekreasi dan Edukasi Keluarga

Di Kabupaten Sragen telah berdiri sebuah tempat wisata bernuansa pedesaan yang sangat lengkap dan sarat dengan nilai pendidikan dan hiburan. Dayu Alam Asri begitulah objek wisata ini dinamakan. Sesuai dengan namanya, tempat wisata ini sangat dekat dengan nuansa alam nan asri. Terletak di Desa Dayu, Kecamatan Sragen sekitar 20 KM dari Kota Solo; Dayu Alam Asri menyimpan sejuta potensi yang siap dinikmati oleh para wisatawan dari berbagai usia. Selain karena keindahan alam pedesaan yang mempesona dengan deretan pohon jati yang menaungi areal seluas hampir 5 Ha, berbagai fasilitas pendukung telah disediakan demi kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Antara lain : mini zoo , wahana bermain dan ketangkasan, agrowisata, resort, pendopo pertemuan, gazebo, kolam renang lengkap dengan arena luncuran, resto, dan sebagainya.

Sebuah kebun binatang mini ( mini zoo ) menjadi salah satu spot menarik dari objek wisata ini. Koleksi binatang yang hidup dan terpelihara dengan baik di mini zoo ini antara lain rusa, kanguru, landak, ular, burung merak, elang, berbagai jenis ikan langka seperti ikan lele afrika, ikan arapaima, dan alligator fish. Selain sebagai kebun binatang mini, tempat ini juga berfungsi sebagai tempat penangkaran beberapa jenis binatang di atas. Objek wisata ini memiliki konsep sebagai daerah tujuan wisata keluarga, sehingga semua orang dari berbagai usia dapat menikmati kenyaman an dan hiburan yang ditawarkan oleh tempat ini. Fasilitas-fasilitasnya pun tersedia lengkap baik bagi anak-anak, remaja, maupun orang tua. Masuk lebih jauh ke arena wisata ini, para wisatawan akan disuguhi sebuah taman lalu lintas di mana anak-anak bisa bermain dan belajar tentang disiplin berlalu lintas dengan cara yang tentu saja mengasyikan dan mudah diterima oleh mereka. Selain itu, mereka juga bisa bermain air sepuasnya di kolam renang yang lengkap dengan luncuran yang penuh warna.
Selain itu bagi para wisatawan yang menyenangi tantangan serta kegiatan yang cukup ekstrim dan menantang adrenalin, sebuah wahana flying fox yang terbentang di atas sungai selebar 50 M siap untuk dijajal. Atau jika Anda tidak begitu suka dengan ketinggian namun tetap menginginkan tantangan, cobalah untuk ber- canoeing menyusuri sungai Dayu. Ini tentu akan menjadi pengalaman yang sangat mendebarkan. Aktivitas air yang lain adalah memancing. Anda bisa memuaskan kegemaran Anda dalam hal memancing di sungai Dayu. Sejumlah perahu disediakan bagi Anda yang dapat di manfaatkan saat memancing atau sekedar untuk menikmati panorama alam dari atas permukaan air.
Untuk menambah citra tempat wisata ini sebagai objek wisata alam dan wisata agro, areal pertanian organik terhampar luas di sini. Berbagai jenis tanaman sayur dan buah tumbuh dengan sangat subur tanpa terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya karena semua tanaman ini menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan sehingga sangat sehat untuk dikonsumsi. Tanaman-tanaman tersebut antara lain : buah naga, pepaya jeruk, pisang, kacang panjang, cabai, tomat, pare, terung, singkong, ubi jalar, ceme, sawi hijau, mangga, tebu, padi, dan masih banyak lagi. Selain itu, di objek wisata ini juga bisa dijumpai tanaman Rosella yang daunnya setelah diolah bisa dijadikan minuman sejenis teh. Sebuah green house (rumah kaca) yang menaungi berbagai jenis tanaman hias yang sedap dipandang dan berbagai jenis tanaman obat juga telah didirikan di lokasi wisata ini.

sumber : sragenHolic

Bayanan Sragen



bayanan sragen
Bayanan Sragen
Gejala-gejala vulkanisme misalnya gempa bumi, sumber air panas, gas beracun, serta berbagai bahan mineral banyak ditemukan di wilayah vulkanis, misalnya yang ada di Indonesia maupun yang ada di negara lain yang dilalui deretan gunung berapi (Mediterania). Kabupaten Sragen yang terletak jauh dari jalur gunung berapi mempunyai Sumber Air Panas Alam yang berasal dari dalam bumi serta terletak + 2 meter yang ada di atas sungai yang terletak pada sebelahnya. Sumber air panas itu ditemukan di Dusun Bayanan.
Pemandian Air Panas Bayanan adalah salah satu tempat tujuan wisata minat khusus yang dipunyai oleh Kabupaten Sragen, dalam hal ini yaitu buat wisata kesehatan ( health tourism ) yang dipadukan sama daya tarik wisata alam ataupun ekowisata.
Mengikuti kisah yang berkembang dalam masyarakat, air panas Bayanan dianggap mempunyai banyak khasiat untuk menyembuhkan beraneka macam penyakit, misalnya : rematik, gatal-gatal, serta penyakit lainnya. Maka oleh orang terdahulu sumber air panas tersebut diberi nama Hyang Tirto Nirmolo.
Rupanya kebenarannya terbukti maka banyak pengunjung berdatangan buat membuktikan khasiatnya. Selain dapat menyembuhkan beraneka macam penyakit yang ada di atas, air panas itu dipercaya juga dapat menurunkan kadar kolesterol pada darah, mengembalikan kebugaran tubuh, menambah vitalitas tubuh, memelihara kesegaran sendi–sendi serta otot, melenyapkan capek-capek, serta membuat awet muda.
Kecuali jadi wisata kesehatan gara-gara khasiat yang dipunyai sama air panas tersebut dalam menyembuhkan beraneka macam penyakit, Pemandian Air Panas Bayanan pun mempunyai daya tarik wisata alam (ekowisata). Suasana alam pedesaan yang masih alami bisa jadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan yang berasal dari kota. Para wisatawan dapat melangsungkan kegiatan menjelajah ( tracking ) ataupun berkemah (camping ) pada hutan karet yang terletak tidak jauh dari lokasi pemandian itu dan di wilayah bukit yang mengelilingi PAP Bayanan.
Pada saat-saat spesial, contohnya menjelang Bulan Puasa serta Lebaran, pada objek wisata tersebut kerap dilaksanakan kegiatan seni budaya, contohnya pentas dangdut ataupun campursari.
Pemandian Air Panas Bayanan tersebut terletak tepat pada sebelah tenggara ibukota Kabupaten Sragen yakni pada Dusun Bayanan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Menurut letak geografis, Pemandian Air Panas Bayanan terdapat di sekitar 17 km pada sebelah tenggara ibukota Kabupaten Sragen. Jarak itu dapat dicapai dengan memakai kendaraan pribadi ataupun dengan angkutan umum
Sarana serta prasarana pendukung pariwisata yang tersuguh untuk Pemandian Air Panas Bayanan lumayan memadai. Fasilitas-fasilitas umum yang tersuguh pada objek wisata tersebut antara lain WC umum, kamar mandi air panas, ruang ganti pakaian, jalan setapak, warung makan, tempat penginapan, toko kelontong, tempat parkir, taman bermain anak, kolam renang, hutan wisata, ruang informasi, serta mushola.
Kondisi prasarana jalan menuju ke ODTW Pemandian Air Panas Bayanan lumayan baik dalam bentuk jalan aspal selebar ± 4 m . Lokasi objek wisata tersebut bisa dicapai melewati enam jalur yang berbeda.
  1. Banaran => Gondang => Sambi => Bayanan
  2. Sragen => Ngarum => Sambirejo => Sambi => Bayanan
  3. Masaran => Jambangan => Batu Jamus => Kerjo => Sambirejo => Sambi => Bayanan
  4. Karanganyar => Mojogedang => Batu Jamus => Kerjo => Sambirejo => Sambi => Bayanan
  5. Karangpandan => Ngargoyoso => Jenawi => Sambirejo => Sambi => Bayanan
  6. Magetan – Jogorogo => Ngrambe => Sine => Winong => Sambi => Bayanan