WANA WISATA DAN WADUK KEDUNG OMBO
WANA WISATA DAN WADUK KEDUNGOMBO

Waduk
Kedungombo berlokasi pada pertemuan tiga kabupaten yakni Boyolali,
Sragen dan Grobogan. Luas areal seluruhnya 5.898 hektar dengan genangan
46 km2 dan volume air sebesar 731.000.000 m2.
Panjang bendungan utamanya 1,6 Km, lebar bagian atas dan bawah
masing-masing 12 meter dan 362 meter. Tinggi elevasi puncak 96 meter dan
tinggi di atas pondasi terendah 66 meter. Badan bendung terdiri dari
urugan batu, elay dan tanah khusus dari Juangi yang kedap air,
seluruhnya berjumlah 7.000.000 m2. Awalnya dibangun khusus
untuk mengendalikan banjir daerah serang bawah, yaitu Welahan Bum,
Kedung Semat, Lembah Juana dan Glapan Sedadi yang disebabkan oleh air
sungai Serang. Akan tetapi dengan berfungsinya Kedungombo, sekarang
airnya dapat mengiri sawah sekitar 60.000 hektar. Di samping itu, air
waduk digunakan juga sebagai pembangkit listrik (PLTA) dan sumber air
minum yang dikelola PDAM.
Sebagai
obyek wisata, kawasan ini menawarkan sejuta pesona keindahan alamnya
yang khas. Ketika masih dalam perjalanan dari Boyolali menuju obyek
lain, kita sudah terhanyut dalam kesejukan alami, kesejukan alam
lingkungan tempo dulu yang didambakan segenap manusia masa kini terutama
masyarakat kota yang selalu dihantui ketegangan, kejenuhan, kebosanan
oleh beban dan rutinitas kehidupan kota. Kendatipun jarak yang ditempuh
dari Boyolali ke Kedungombo cukup jauh yakni sekitar 40 Km, namun
suasana terik matahari yang menyengat tidak terasa. Sepanjang
perjalanan, di kanan kiri jalan ada hutan jati dan sedikit mahoni yang
selalu siap memberi keteduhan dan memancarkan oksigen (O2) segar.
Begitu
memasuki kawasan wisata utama, para wisatawan akan merasa seolah dibawa
kepada alam kehidupan lain. Dari pintu gerbang memandang ke timur
tampak hutan wisata dengan latar belakang air Waduk Kedung Ombo.
Perpaduan antara nuansa alami dengan panorama buatan hasil kreasi
manusia sangat menakjubkan. Di sinilah misteri kebesaran dan
kemahakuasaan Tuhan Sang Pecipta Alam Semesta sungguh terjelma dan
tampak nyata untuk mengisi “kehausan jiwa” para wisatawan. Suatu
pemandangan unik bagaikan langit dan bumi bertemu menyatu dalam satu
pesona yang tersalur-terwujud melalui akal budi manusia.
Wana
wisata Kedungombo yang merupakan primadona di kawasan ini begitu
menawan. Obyek yang terletak di Desa Ngeboran Kecamatan Kemusu ini
barangkali dibuka dengan harapan agar wisatawan yang datang untuk
menyaksikan dari dekat Waduk Kedungombo merasa aman, nayaman dan betah.
Pepohonan jati dan mahoni yang tertata rapi menawarkan suatu kenikmatan
tersendiri. Dan sebagai daya tarik bagi wisatawan, di dalam hutan wisata
tersebut dilengkapi dengan tempat duduk dan tempat peristirahatan,
tempat informasi, sarana bermain, pemancingan, gardu pemandangan atau
shelter, sarana air bersih, dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Tempat parkir
kendaraan bermotor roda dua dan roda empat persis di tepi waduk atau di
depan tempat peristirahatan. Satu hal yang menarik juga bahwa di dalam
lokasi wana wisata disediakan tempat khusus untuk wisatawan yang hendak
berkemah.
PEMANDIAN UMBUL PENGGING
Dari
Boyolali menyusuri jalan raja Semarang – Surakarta ke arah timur
sampailah kita di Bayudono. Tepatnya pada satu jalan beraspal ke kanan
(selatan), bergerak mengikuti arah menuju ke Klaten kita akan tiba di
desa Dukuh. Di desa inilah pada bagian kiri jalan terlihat sebuah
pemandian yang unik, pemandian Umbul Pengging namanya. Jika diukur dari
Boyolali, jaraknya 12 Km. Atau ditempuh dari Kota Surakarta berjarak 17
Km ke barat. Konon, menurut ceritera tempat ini pada jaman dahulu
digunakan sebagai pemandian bagi raja-raja dari Kasunana Surakarta
beserta keluarganya. Maka di tempat ini pula dilengkapi tempat
peristirahatan yang dibangun persis di tepi kolam pemandian. Akan
tetapi, pada masa sekarang seiring dengan bergulirnya waktu serta
dikuranginya peranan keraton terhadap aspek kehidupan masyarakat
umumnya, maka tempat ini tidak lagi menjadi milik raja melainkan untuk
umum. Hak pengelolaannya juga beralih ketangan Pemerintah Kabupaten
Boyolali.
Kini
di hari-hari libur pemandian ini banyak dikunjungi para wisatawan. Pada
hari Padusan menjelang bulan puasa yaitu pada tanggal 29 dan 30 Ruwah,
wisatawan yang berkunjung ke sini mencapai puluhan ribu. Padusan berasal
dari kata “adus” yang berarti mandi adalah sebuah upacara tradisional
penduduk daerah Surakarta dan sekitarnya. Upacara ini sudah menjadi
acara rutin setiap tahun karena diyakini bahwa mandi di tempat tersebut
orang menjadi suci dirinya sehingga ketika melakukan ibadah puasa tidak
ada lagi hambatan dan beban. Suasana puasa akan terasa aman, tentram dan
bersih dari segala perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan
suara hati dan kepercayaannya.
Dengan
demikian upacara ini cukup banyak mendapat perhatian yang besar tidak
hanya dari Boyolali melainkan juga dari Kartasura, Surakarta,
Karanganyar, Klaten, Sukoharjo, Yogyakarta dan daerah-daerah lain. Obyek
wisata Pemandian Umbul Pengging memberi nuansa tersendiri bagi setiap
orang yang berkunjung. Ketika menginjakkan kaki di pintu gerbang,
suasana kesejukan alami segera terasa. Ada sebuah pohon besar persisi
berada di depan pintu masuk. Pohon dengan daun-daunnya yang lebat itu
menaungi sepenuh halaman masuk ke obyek yang sesungguhnya. dan begitu
memasuki areal satu ini perasaan senang, gembira dan haru bercampur
menyatu menjadi suatu kenikmatan yang tiada duanya. Hal ini didukung
oleh tersedianya berbagai fasilitas yang ada didalamnya. Wisatawan yang
ingin mandi atau berenang telah disediakan tiga buah kolam pemandian
dengan air yang alami. Wisatawan yang ingin memancing bisa memanfaatkan
dua buah kolam ikan sebagai arena pemancingan umum. Di sini pula ada
lapangan tenis yang memiliki dua baan; tempat rekreasi untuk bermain
anak-anak; tempat parkir kendaraan bermotor roda dua dan empat; tempat
penitipan sepeda dan beberapa buah warung makan yang menyediakan masakan
khas setempat seperti pecel lele dan welut goreng, serta panggung
kesenian terbuka. Tiga kolam pemandian yang berada di dalam areal wisata
ini adalah:
-
Umbul Penganten, menurut sejarah, pada jaman dahulu di pemandian ini terdapat dua buah umbul (sumber air alami). Suatu saat terjadi kunjungan Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X. Begitu melihat ada dua umbul yang letaknya sangat berdekatan, beliau bersabda sehingga kedua umbul tadi terpatri menyatu. Bersatulah kedua umbul ini kemudian diibaratkan sepasang mempelai yang hidup rukun menjadi satu. Akhirnya umbul tersebut diberi nama Umbul Penganten.
-
Umbul Ngabean, kolam ini pada jaman Sri Paduka Susuhunan Pakubuwana ke X khusus hanya dipergunakan untuk mandi keluarga. Raja Kasunanan Surakarta. Nama Ngabean sebetulnya berasal dari kata Ngabehi, pangkat penjaga kolam waktu lalu. Umbul Ngabean juga berpagar tembok berbentuk bulat dengan garis tengah sepanjang 26 meter, kedalaman 1,50 meter. Dilengkapi dengan aula, panggung, ruang ganti pakaian, toilet dan kamar mandi.
-
Umbul Duda, Kisah munculnya kata “duda” berawal dari ditemukannya seekor kura-kura (bulus dalam bahasa Jawa) berjenis kelamin jantan. Oleh karena tidak ada kura-kura yang lain baik sesama jantan maupun betina maka tempat di mana ia hidup diberi nama Umbul Duda.
PEMANDIAN UMBUL TLATAR
